Jumat, 21 Juni 2013

Tumpeng dan Filosofi di Dalamnya

Tumpeng dan Filosofi di Dalamnya

Sabtu, 22 Juni 2013 | Tag: tumpeng, filosofi, makanan tradisional,
Tumpeng dan Filosofi di Dalamnya
(c)alleykitchen.blogspot.com

KapanLagi.com - Pada acara-acara syukuran atau selamatan seringnya kita menemukan nasi berbentuk kerucut dengan bermacam lauk disekelilingnya. Nasi tumpeng, begitulah masyarakat menamainya, memiliki filosofi yang unik di balik bentuknya yang kerucut ini. Makanan khas Jawa dan Betawi ini biasanya disajikan pada saat kenduri atau perayaan suatu kejadian penting. Bagaimana asal-usulnya? Simak seputar info berikut ini.

Asal-usul nama tumpeng, menurut kamus Baoesastra Djawa (1937) dan kamus Jawa Kuna Indonesia (1981), tumpeng berarti : sega diwangun pasungan atau "nasi yang dibentuk kerucut untuk selamatan". Menurut tradisi Islam Jawa "Tumpeng" merupakan akronim dalam bahasa Jawa : yen meTU kudu sing meMPENG (Bila keluar harus dengan sungguh-sungguh). Sedangkan lauk-pauknya yang berjumlah 7 macam, dalam bahasa jawa disebut pitu , maksudnya adalah pitulugan (pertolongan).

Makanan ini sebenarnya merupakan kuliner otentik Jawa yang dipakai untuk sesajian dan slametan panen. Filosofi dari bentuk tumpeng yang kerucut, menyimbolkan hubungan antara manusia dan alam sekitarnya, hingga tingkatan yang paling tinggi (pucuk tumpeng) dengan sang pencipta. Ada juga yang mengatakan falsafah tumpeng berkaitan erat dengan kondisi geografis Indonesia terutama pulau Jawa yang dipenuhi jajaran gunung berapi. Tumpeng merupakan tradisi purba masyarakat Indonesia yang memuliakan gunung sebagai tempat bersemayamnya Hyang atau arwah leluhur. Setelah masuknya pengaruh Hindu, Tumpeng ini dimaksudkan meniru bentuk gunung suci Mahameru, tempat bersemayamnya dewa-dewi.

Penyajian tumpeng selalu disertai lauk-pauk. Tidak ada lauk-pauk baku yang menyertai nasi tumpeng. Namun pilihan ini umumnya menyimbolkan sesuatu. Misalnya lauk-pauk dari darat, laut, dan sayuran. Lauk-pauk dari darat haruslah berasal dari hewan-hewan darat. Misal masakan yang diolah dari ayam, sapi, kambing, dll. Makanan dari laut biasanya  berupa olahan ikan. Dan terakhir adalah makanan olahan sayur-sayuran. Filosofi yang berada di baliknya merupakan supaya kita bisa hidup harmonis dalam masyarakat.

Tumpeng yang biasa dibuat terdiri dari dua macam warna, yaitu putih dan kuning. Tumpeng warna putih biasanya digunakan untuk acara adat yang bersifat sakral. Sedangkan tumpeng berwarna kuning dibuat sebagai perlambang rasa syukur kepada sang pencipta. Cara memotong tumpeng juga tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Harus dimulai dengan memotong bagian pucuk dan memberikannya kepada orang yang paling "dituakan" sebagai penghormatan.

Baru-baru ini, tumpeng dimasukkan ke dalam daftar "Tiga Puluh Ikon Kuliner Tradisional Indonesia". Tumpeng memenuhi prasyarat yaitu bahannya mudah didapat, mudah dibuat, dan mudah diterima oleh pecinta kuliner baik dalam maupun luar negeri. Tumpeng dinobatkan sebagai pendorong wisata kuliner Indonesia dan warisan budaya menuju dunia Internasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Para Kartini Al-Inayah Dewan Guru di Hari Kartini Ibu-ibu Guru Al-Inayah di Hari Kartini Suasana Meriah di Hari Kartini Guru Vs Murid Stay Connected di Hari Kartini

animasi